Selasa, 09 Juli 2013

Askep

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN ASMA

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh



 

 

 

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUTO

TEMANGGUNG

2013

 

 

 

 

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

 

A.    Anatomi Fisiologi

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

 

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml.  ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml.  Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total  = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

Pertukaran Gas dalam Alveolus

Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.

Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.

 

B.     Definisi

Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang. (Sylvia Anderson (1995 : 149)

Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli. (Varney, Helen. 2003)

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.(Arief Mansoer, 2000)

 

C.     Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asthma atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :

(1)          Alergen

Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.

(2)          Infeksi saluran nafas

   Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas (Sundaru, 1991).

(3)          Tekanan jiwa

Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asthma tetapi sebagai pencetus asthma, karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asthma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus, 1994).

(4)          Olah raga / kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.

(5)          Obat-obatan

 Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.

(6)          Polusi udara

 Pasien asthma  sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.

(7)          Lingkungan kerja

 Diperkirakan 2 – 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah lingkungan kerja

(Sundaru, 1991).

 

D.    Tanda Dan Gejala

1.      Batuk

2.      Sesak dengan bunyi mengi ( wheezing)

3.      Rasa berat pada daerah dada

4.      Obstruksi reversible jalan nafas

5.      Hipersekresi mucus

6.      Edema mukosa

 

 

 

E.     Patofisiologi

Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E( IgE)

IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema  mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 ).

F.      Pathway

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


G.    Pemeriksaan Diagnostik

 

1.                   Pemeriksaan spinometri.

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma.

2.                   Tes provokasi brokial.

Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih.

 

3.                   Pemeriksan tes kulit.

 Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.

4.         Laboratorium.

a)     Analisa gas darah.

Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik.

b)    Sputum.

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic.

c)     Sel eosinofil

Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

d)    Pemeriksaan darah rutin dan kimia 

Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

e)     Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain

f)     Elektrokardiogram

Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.

 

(Karnen B.;1998)

 

 

H.    Penatalaksanaan

 

1.      Penilaian objectif fungsi paru dan kesejahteraan janin.

2.      Penghindaran atau pengendalian terhadap factor- factor pencetus di lingkungan.

3.      Terapi farmakologis(Epinefrin0,2-0,5ml di suntikan secara subkutis,isoproterenol, hidrokortison 260-1000mg di suntikan melalui iv, kortikosteroid ) Sodium Kromoglkat,Efedrin

4.      Edukasi pasien.

5.      Mencegah terjadinya stress

 

6.      Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menimbulkan gejala.

 

( F.gary Cunningham, 2002)

 

 

I.       Komplikasi

 

1.      Tekanan darah tinggi atau preeklamsia

2.      Sebuah kelahiran prematur

3.      Sebuah kelahiran sesar

4.      BBLR ( bayi berat lahir rendah )

 

( F.gary Cunningham 2002)

 

 

 

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

 

A.    Pengkajian

1) Riwayat penyakit sekarang.

Klien  dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.

 

2) Riwayat penyakit dahulu.

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma.

 

3) Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan.

 

4) Riwayat spikososial

Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari  rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula.

 

5) Riwayat Menstruasi

Pada riwayat menstruasi yang akan dikaji oleh perawat adalah mengenai menarche usia, HPHT, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, dan keluhan pada saat menstruasi. Hal ini sangat perlu untuk dikaji oleh perawat untuk mengetahui adanya kelainan klien pada saat kehamilan.

 

6) Riwayat Obstetri

Pada riwayat obstetric yang perlu di kaji adalah mengenai kelahiran yang ke berapa, kehamilan meliputi : umur, penyulit, dan jenis, kemudian mengenai persalinan, serta komplikasi saat nifas.

 

7)  Pemeriksaan fisik

 

a)      Kepala

Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.

b)     Mata

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.

c)      Hidung

Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori.

d)       Mulut dan laring

Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.

e)      Leher

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan.

f)     Thorak

(1)   Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.

 (2)   Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

(3)   Perkusi

 Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

(4)   Auskultasi.

 Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.

g)      Kardiovaskuler

Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.

h)   Ekstrimitas

                                                Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(Laura A.T.;1995).

 

 

B.     Diagnosa Keperawatan

 

1.  Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi secret   sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan.

2. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral.

4. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan silia).

5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.

 

C.     Rencana Keperawatan

1.  Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi secret   sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan

 

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

1.      Memperthankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.

2.      Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misal: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi dan rasional.

1.      Auskultasi bunyi nafas, misal mengi, ronki.

Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius , misal : penyebaran, bronchitis, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi dan tak adanya bunyi nafas (asma berat).

 

2.      Dapatkan  riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi/ ada sebelumnya (missal: Rinitis,asma,sinusitis,Tuberkulosis)

Rasional : masalah lain dapat terus mengubah pola pernafasan dan menurunkan oksigenasi jaringan ibu/janin.

 

3.      Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur, menghindari merokok, makanan sedikit atau sering.

Rasional : postur yang baik dan makan sedikit membantu memaksimalkan penurunan diafragmatik, meningkatkan kesediaan ruang untuk ekspansi paru. Merokok menurunkan persediaan oksigen untuk pertukaran ibu dan janin. Pengubahan posisi tegak dapat meningkatkan ekspensi paru sesuai penurunan uterus gravid.

 

4.      Minimalkan polusi lingkungan , misal debu, asap, dan bulu yang berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat menfriger episode akut.

 

5.      Tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara sebagai pengganti makan.

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurukan psame brokus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

 

 

2.      Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli

            Hasil yang diharapkan criteria evaluasi pasien akan :

1.                Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pegobatan dalam tingkat kemampuan situasi.

            Tindakan dan intervensi.

1.             Kaji frekuensi kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi darajat distress pernafasan dan proses penyakit.

 

2.      Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan/nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

Rasional : Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas.

3.      Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.

Rasional : Mendeteksi beratnya hipoksia dan kemungkinan penyebab.janin rentan terhadap potensial cedera selama persalinan, karena situasi yang menurunkan kadar oksigen.

4.      Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronika.

Rasional : Perkembangan Hipertonisiti dapat mengurangi sirkulasi uteroplasenta dan oksigen janin. 

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral.

            Hasil yang diharapkan criteria evaluasi pasien akan :

1.      Menunjukkan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.

2.      Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau memperthankan berat yang tepat.

 

Tindakan dan intervensi.

1.      Kaji kebiasaan masukan makanan saat ini. Catat derjat kesulitan makan evaluasi BB dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.

2.      Auskultasi bising usus.

Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gasterdan konstipasi ( komplikasi umum ) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan. Makanan buruk, penurunan aktifitas dan hipoksemia.

3.      Berikan perawatan oral sering, buang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai atau tissue.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah mencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat mebuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

4.      Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

5.      Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam

Rasional : Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.

6.      Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau meningkatkan spasme batuk.

7.      Kolaborasi.

Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah dicerna secara nutrisi seimbang.

            Rasional : Metode makan dan kebutuhan kalori didasrkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.

 

4. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan silia).

            Hasil yang diharapkan criteria evaluasi pasien akan :

1.      Menyatakan pemahaman penyebab/factor resiko individu.

2.      Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

3.      Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

            Tindakan dan intervensi.

1.      Pantau suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

2.      Observasi warna, karakter, bau sputum.

Rasional : Secret berbau, kuning /kehijauan menunjukkan adanay infeksi paru.

3.      Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tissue dan sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien ) dan penggunaan sarung tanganbila memegang /membuang tissue dan wadah sputum.

Rasional : Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan.

4.      Kaji kondisi ketuban  ibu, bila rupture pantau tanda-tanda infeksi pada ibu/janin

Rasional : Organism infeksius ditularkan melalui rute asenden meliputi klamidia, mikoplasma, urea plasma, urealitikum, GBS dan hemofilus influensae.janin-janin yang terinfeksi melalui rute ini kemungkinan memgalami bakteremia dan peneumonia.

 

5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.

            Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi pasien akan :

1.      Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

2.      Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan factor penyebab.

3.      Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

 

Tindakan dan intervensi.

1.      Jelaskan dan kuatkan penjelasan proses penyakit individu, dorong pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

 

2.      Jelaskan dampak prosedur, aktifitas keperawatan dan obat-obatan padaa klien dan janin. Klarifikasi kesalahan konsep dan timbulnya pertanyaan.

Rasional : Menurunkan rasa takut berkenan dengan ketidaktahuan : bahkan yang mempunyai masalah sebelumnya mendapat keuntungan dari tinjauan ulang informasi sepanjang persalinan dan proses kelahiran.

3.      Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.

Rasional : Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan.

4.      Berikan informasi tentang tanda atau gejala yang megidentifikasikan kondisi yang semakin memburuk

Rasional : Menjamin klien mencari tindakan pada waktu yang tepat dan memcegah memburuknya kondisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doengoes E.Marilynn.2000.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN. Jakarta :

       EGC

Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (2000). Pedoman Penatalaksanaan Asma

       Bronkial. CV Infomedika Jakarta.

Mansjoer Arief . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid I . Jakarta :

       Media Aesculapius.  

Price A Sylvia . 2005 . Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis Proses 2 Penyakit .

       Jakarta : EGC