BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
A. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak di retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih ( Price,2001 )
A. Definisi
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
B. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui, umunya dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
2. Sindrom nefrotik sekunder. Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
3. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) (Arif Mansjoer,2000 :488)
C. Tanda dan Gejala
1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
2. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
3. Pucat
4. Hematuri
5. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
6. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.
7. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang) (Betz, Cecily L.2002 )
D. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng (Suriadi dan Yuliani, 2001 ).
E. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji urine a) Protein urin – meningkat. b) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria. c) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah. d) Berat jenis urin – meningkat.
2. Uji darah a) Albumin serum – menurun. b)Kolesterol serum – meningkat. c)Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi). d) Laju endap darah (LED) – meningkat. e) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3. Uji diagnostic Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin
H. Penatalaksanaan
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
3. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut : a) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari. b) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi.
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. (Arif Mansjoer,2000)
I. Komplikasi
1. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
2. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
3. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.
4. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. ( Rauf, .2002 )
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan sindrom nefrotik (Donna L. Wong,200 : 550) sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
3. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
a) Penambahan berat badan
b) Edema
c) Wajah sembab : Khususnya di sekitar mata, timbul pada saat bangun pagi dan berkurang di siang hari
d) Pembengkakan abdomen (asites)
e) Kesulitan bernafas (efusi pleura)
f) Pembengkakan labial (scrotal)
g) Edema mukosa usus yang menyebabkan : )Diare, anoreksia, absorbsi usus buruk
h) Perubahan urin : Penurunan volume, warna gelap, bau
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2. Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh
C. Rencana Keperawatan
No | Diagnosa Keperawatan | Tujuan dan Kriteria Hasil | Intervensi | Rasional |
1. | Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus. | Tujuan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan volume cairan yang tepat) Kriteria hasil: Penurunan edema, ascites Kadar protein darah meningkat. Output urine adekuat 600 – 700 ml/hari Tekanan darah dan nadi dalam batas normal | Mandiri : Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat. Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan). Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema sekitar mata. Atur masukan cairan dengan cermat. Pantau infus intra vena Kolaborasi : Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan. Berikan diuretik bila diinstruksikan. | Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan. Mengkaji retensi cairan Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema. Agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan. Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan Untuk menurunkan ekskresi proteinuria. Untuk memberikan penghilangan sementara dari edema. |
2. | Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan | Tujuan : Kebutuhan nutrisi akan terpenuhi Kriteria Hasil : Napsu makan baik Tidak terjadi hipoprtoeinemia Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan. Edema dan ascites tidak ada. | Mandiri : Catat intake dan output makanan secara akurat. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Beri diet yang bergizi Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya. Beri makanan spesial dan disukai anak Beri makanan dengan cara yang menarik | Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh. Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk. Membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak Asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan hilangnya nafsu makan anak Agar anak lebih mungkin untuk makan. Untuk merangsang nafsu makan anak Untuk mendorong agar anak mau makan. Untuk menrangsang nafsu makan anak |
3. | Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. | Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada Tanda vital dalam batas normal Ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan. | Mandiri : Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Lakukan tindakan invasif secara aseptik Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi | Meminimalkan masuknya organisme. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi |
4 | Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi). | Tujuan : Kecemasan anak menurun atau hilang Kriteria hasil : Kooperatif pada tindakan keperawatan. Komunikatif pada perawat. Secara verbal mengatakan tidak takur | Mandiri : Validasi perasaan takut atau cemas. Pertahankan kontak dengan klien. Upayakan ada keluarga yang menunggu Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga | Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya. Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan. Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi. Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga. |
5. | Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan. | Tujuan : Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat Kriteria hasil : | Mandiri : Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi Rencanakan dan berikan aktivitas tenang Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah Berikan periode istirahat tanpa gangguan | Tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema Ambulasi menyebabkan kelelahan Aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat menyebabkan kelelahan Mengadekuatkan fase istirahat anak Anak dapat menikmati masa istirahatnya |
6. | Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh. | Tujuan : Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan atau iritasi Kriteria hasil: | Mandiri : Berikan perawatan kulit Hindari pakaian ketat Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari Topang organ edema, seperti skrotum Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhan | Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun Untuk menghilangkan aea tekanan Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja Untuk mencegah terjadinya ulkus |
BAB III
PENUTUP
Definisi dari nefrotik sindrom adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas yang terjadi pada anak. Dengan tanda dan gejala: edema, penurunan jumlah urin ( urine gelap, berbusa), pucat, hematuri, anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus, sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi, gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius
Rauf , Syarifuddin.2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak.Makssar : FK UH
Smeltzer, Suzanne C.2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2.Jakarta : EGC
Suriadi & Rita Yuliani.2001. Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1.Jakarta : Fajar Interpratama
Wong,L. Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar